Bersejarah, UIN SGD Bandung Kukuhkan Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam

SUKABUMI--Proses bersejarah berlangsung di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung yang kembali menambah deretan Guru Besarnya. Kali ini, Prof Dr Bambang Samsul Arifin, M.Si resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Islam dalam Sidang Senat Terbuka di Gedung Anwar Musaddad, Rabu (23/4/2025).
Prof. Dr. Bambang Samsul Arifin, M.Si merupakan Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dalam sidang Senat Terbuka, Prof Bambang memyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Model Internalisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Masyarakat Pedesaan di Indonesia".
Ia mengangkat isu sosial yang relevan dan mendesak yaitu pentingnya peran nilai moderasi beragama dalam merawat keutuhan bangsa di tengah pluralitas masyarakat Indonesia. Dalam pembukaannya, Prof. Bambang memaparkan bahwa intoleransi di Indonesia merupakan fenomena sosial yang dipicu oleh berbagai faktor, termasuk pemahaman keagamaan yang keliru, ketimpangan sosial ekonomi, pengangguran, dan instabilitas politik.
'' Realitas keragaman suku, agama, dan golongan yang menjadi ciri khas Indonesia seharusnya menjadi kekuatan dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa,” kata Prof Bambang. Sayangnya, perbedaan tersebut kerap menjadi pemicu konflik jika tidak dikelola dengan bijak.
Masyarakat Pedesaann sebagai Pilar Moderasi yang kuat dalam penelitiannya, Prof Bambang menyoroti keberhasilan sejumlah masyarakat pedesaan seperti di Desa Cigugur (Kuningan) dan Kabupaten Katingan (Kalimantan Tengah) dalam menginternalisasikan nilai-nilai moderasi beragama.
“Mereka mengamalkan nilai-nilai moderasi yang diwariskan secara turun-temurun melalui interaksi sosial berbasis toleransi, gotong royong, dan rasa persaudaraan yang kuat,” terang Prof Bambang. Nilai-nilai seperti wasathiyah (jalan tengah), tawazun (keseimbangan), dan tasamuh (toleransi) tumbuh subur dalam struktur sosial masyarakat desa, berkat kekuatan budaya lokal dan pendidikan informal yang berkesinambungan.
Model Internalisasi Berbasis Keluarga, Sekolah, dan Pemerintah Dalam model yang ditawarkannya, Prof. Bambang menjelaskan internalisasi nilai moderasi tidak hanya bergantung pada sistem formal, namun juga pada keteladanan di lingkungan keluarga, pendidikan di sekolah, aktivitas keagamaan di masyarakat dan peran strategis pemerintah. “Pendidikan dalam keluarga menjadi fondasi utama bagi pembentukan karakter moderat sejak dini,” ujar Guru Besar kelahiran Sukabumi tersebut.
Prof Bambang menambahkan, sekolah memainkan peran penting dalam kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler, sementara masyarakat dan pemerintah menjadi fasilitator dalam penyuluhan serta pembinaan nilai moderasi. Harmoni Sosial sebagai Tujuan Akhir Melalui pendekatan terpadu ini, Prof. Bambang meyakini bahwa karakter moderat dapat tumbuh kuat dalam masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah pedesaan.
“Dengan langkah-langkah ini, nilai-nilai moderasi beragama dapat tertanam kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan, menciptakan lingkungan yang harmonis, adil, dan penuh toleransi,” tegas Prof Bambang.
Di akhir orasi, ia menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada keluarga dan semua pihak yang telah mendukung perjalanan akademiknya. '' Kepada beliaulah gelar Guru Besar ini saya persembahkan,” ucapnya haru, mengenang jasa kedua orang tuanya, Eli Suryadi dan Iyam Maryam. Tak lupa, ia juga menyebut dukungan istri tercinta, Rima Wiana, serta ketiga anaknya sebagai kekuatan utama dalam meniti karier di dunia akademik.
Menurutnya, Rima bukan hanya seorang istri, tapi sahabat, motivator, sekaligus penyemangat utama dalam setiap fase hidup dan karier saya. Ia juga menyebut dukungan ketiga anaknya sebagai kekuatan utama dalam meniti karier di dunia akademik. Riga Nurul Iman