LPK Mega Hikari Center Sukabumi Berangkatkan Ratusan Orang ke Jepang

SUKABUMI--Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Mega Hikari Center yang menaungi Hikari Internasional Indonesia (HII) dan Mega Asia Cendikia (MAC) Sukabumi kembali memberangkatkan ratusan orang untuk bekerja di Jepang. Program ini dirancang untuk membantu masyarakat mencapai impian mereka bekerja di luar negeri dengan keterampilan dan pengetahuan yang memadai.
Salah seorang perwakilan Hikari Cabang Jepang, Muhammad Aulia Kuswara Putra mengatakan, LPK Mega Hikari Sukabumi ini merupakan lembaga legal sebagai SO (Sanding Organisation) yang resmi terdaftar di Kemnaker sejak 2018. Bahkan, kegiatan memberangkatkan pekerja ke Jepang sudah dimulai sejak 2018, dan semakin meningkat setelah pandemi Covid-19 selesai.
"Setiap tahunnya ada sekitar 100 hingga 200 orang yang kita berangkatkan," ujar Aulia kepada wartawan, Rabu (20/8/2025). Ia mengaku, para peserta yang mengikuti kegiatan di LPK Mega Hikari Center Sukabumi, mendapatkan jaminan bisa berangkat ke Jepang.
Sebab, kedua LPK tersebut memiliki perwakilan yang berkantor di Jepang yakni di Kota Gifu dan Tokyo. "Jadi semua informasi dari perusahaan Jepang dan Indonesia lewat saya. Sebenarnya ada prosesnya dulu, harus belajar dulu, ada wawancara dengan pihak Jepang. Kalau pihak Jepang suka, murid dipilih dan dibina lebih dalam bahasa Jepang, budaya, dan cara kerja," katanya.
Diterangkan Aulia, proses pembelajaran sampai berangkat biasanya memakan waktu sekitar 3 sampai 5 bulan, tergantung pada kecepatan pengurusan berkas dan kebutuhan tenaga di Jepang. Pekerjaan yang paling banyak dibutuhkan saat ini adalah konstruksi dan perawat lansia, karena Jepang memiliki populasi tua yang banyak dan banyak panti jompo.
"Orang Indonesia cocok karena punya rasa tanggung jawab terhadap orang tua," tambah Aulia. LPK ini menerima peserta dari seluruh Indonesia, termasuk Sukabumi, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Medan dan Palembang.
Persiapan untuk anak-anak yang mau berangkat bisa dari nol, walaupun baru lulus SMA, asalkan memiliki semangat kerja dan kemauan untuk belajar bahasa Jepang. "Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan pendaftar yang bisa mencapai 3-5 kali lipat dari kebutuhan. Sampai sekarang, sudah ada sekitar 100 orang yang telah berangkat, dan 133 orang lainnya sedang menunggu berkas dari Jepang. Target tahun ini adalah memberangkatkan sekitar 100 orang lebih," imbuh dia.
Adapun untuk masyarakat yang ingin bergabung san mengikuti kelas pemberangkatan ke Jepang, bisa mengunjungi beberapa kantor. Seperti di Sukabumi yakni di Jalan Titiran Bhayangkara Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi, Jalan Karamat Bhayangkara Kecamatan Gunungpuyuh Kota Sukabumi, Jalan Otista no.49 Kecamatan Citamiang Kota Sukabumi, Jalan Goalpara kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi, Lembursitu Kota Sukabumi, dan di Kota Semarang Jawa Tengah.
Sementara itu, proses pembelajaran pun langsung dipantau oleh perusahaan dan perwakilan dari negara Jepang. Seperti halnya, pada Rabu, Ketua dewan direksi perusahaan Aigisan Kyoudo Kumiai Jepang, Mr Kondo Mikihiro beramasa perwakilan Jepang lainnya mengunjungi lokasi pembelajaran sekaligus melakukan tes wawancara peserta yang mengikuti pelatihan.
Menurut Mr Kondo, pemilihan Indonesia untuk menjadi tenaga kerja di Jepang lantaran beberapa alasan, diantaranya, pertama Indonesia punya banyak tenaga kerja, yang disebut surplus tenaga kerja. Alasan kedua, hubungan bilateral Indonesia dan Jepang baik, dilihat dari banyaknya perusahaan Jepang yang buka pabrik di sini (Indonesia) dan kendaraan Jepang banyak di Indonesia.
Ketiga, selain populasi besar, anak muda di Indonesia juga banyak, ini yang Jepang sukai karena potensi tenaga kerja muda besar. " Kalau untuk Kenapa pilih Sukabumi? Kondo sudah lihat beberapa SO (Sanding Organisation). Dan menurutnya di sini yang terbaik dalam hal bahasa dan kemampuan anak-anaknya," terang Kondo seperti yang diungkapkan penerjemah.
Diakui Kondo, menurut data statistik di Jepang menyebutkan, bahwa perkiraan tahun 2027 nanti, sekitar 100 ribu sampai 1 juta orang di Jepang bakal kehilangan pekerjaannya. Hal itu lantaran masa produktif orang-orang Jepang sudah lanjut usia. Sehingga dibutuhkan pekerja baru untuk memenuhi sumber daya manusianya.
"Hal ini terjadi karena populasi Jepang yang makin menua tapi jumlah muda tidak bertambah, sehingga tenaga kerja berkurang," akunya. Secara umum, masa produktif manusia sekitar 6 sampai 65 tahun, tapi di Jepang, yang di atas 65 tahun sangat banyak, sedangkan yang di bawah 65 tahun sedikit, karena rendahnya angka kelahiran.
Jadi diprediksi di 2027 tenaga kerja berkurang sekitar satu juta, dan Jepang berusaha menambal kekurangan ini dari luar. " Indonesia banyak muslim, tapi anak-anaknya serius ingin bekerja di Jepang. Kesan dari saya bahwa Indonesia itu tempat bagus dan cocok," jelasnya. Riga Nurul Iman