Home > Kabar

PMI Paparkan Strategi Kemandirian Finansial di Forum Asia Pasifik

Kegiatan yang diikuti oleh 75 peserta dari 32 negara ini menjadi wadah penting bagi lembaga-lembaga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di kawasan Asia Pasifik untuk berbagi pengalaman, memperkuat kolaborasi.
Forum 8th Asia Pacific Fundraising Skillshare (APFS) yang digelar di Bangkok, Thailand pada 15–17 Oktober 2025. Dok istimewa
Forum 8th Asia Pacific Fundraising Skillshare (APFS) yang digelar di Bangkok, Thailand pada 15–17 Oktober 2025. Dok istimewa

JAKARTA--Palang Merah Indonesia (PMI) kembali menunjukkan kiprah dan inovasinya di kancah internasional. Dalam forum 8th Asia Pacific Fundraising Skillshare (APFS) yang digelar di Bangkok, Thailand pada 15–17 Oktober 2025, PMI memaparkan model kemandirian finansial yang telah terbukti efektif menopang berbagai kegiatan kemanusiaan di tanah air.

Kegiatan yang diikuti oleh 75 peserta dari 32 negara ini menjadi wadah penting bagi lembaga-lembaga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di kawasan Asia Pasifik untuk berbagi pengalaman, memperkuat kolaborasi. Serta membangun strategi baru dalam bidang penggalangan dana.

Dalam forum tersebut Kepala Penggalangan Dana Korporat PMI Pusat, Herry Firmansyah menyampaikan, kemandirian finansial merupakan pilar penting bagi keberlanjutan gerakan kemanusiaan PMI di seluruh Indonesia.“Kemandirian tidak hanya soal finansial, tetapi juga tentang menjaga keberlangsungan pelayanan kemanusiaan,'' jelasnya.

PMI terang Herry, berupaya memastikan setiap cabang memiliki kemampuan mengelola sumber daya secara efektif, tanpa terlalu bergantung pada program tahunan seperti Bulan Dana. Ia menambahkan, partisipasi PMI dalam ajang internasional ini menjadi kesempatan untuk memperkenalkan praktik baik dari Indonesia dan belajar dari negara lain yang juga tengah memperkuat strategi fundraising mereka.

“Forum ini bukan sekadar berbagi pengalaman, tapi juga membangun jejaring global agar upaya kemanusiaan semakin kuat dan berkelanjutan,” tambah Herry. Salah satu praktik terbaik yang diangkat dalam forum ini berasal dari PMI Kota Surakarta, yang diwakili oleh Sri Partini, Management Representative PMI Kota Surakarta.

Ia memaparkan bagaimana PMI Surakarta berhasil menjadi cabang Palang Merah yang sepenuhnya mandiri sejak tahun 1998, tanpa lagi mengandalkan kegiatan tahunan Bulan Dana. “Kami memadukan dua pendekatan utama: kegiatan penghasil pendapatan (Income Generating Activities/IGA) dan penggalangan dana kemanusiaan. Pendekatan ini membuat kami tetap dapat menjalankan program sosial secara berkelanjutan,” jelas Sri Partini.

Ia menjabarkan bahwa IGA PMI Surakarta telah menopang berbagai program sosial yang signifikan. Seperti Griya PMI Peduli dan Griya PMI Bahagia dua rumah perawatan bagi penyandang disabilitas mental dan lansia terlantar, yang masing-masing telah melayani lebih dari seribu penerima manfaat.

“Kedua rumah perawatan ini menelan biaya lebih dari satu miliar rupiah per tahun. Namun dengan sistem IGA, semua biaya operasional dapat ditanggung tanpa membebani masyarakat,” ungkap Sri Partini. Dalam presentasinya, ia juga menjabarkan lima model kegiatan penghasil pendapatan yang dijalankan PMI Surakartam Antara lain Klinik Pratama, layanan ambulans, program kemitraan “Together in Humanity”, usaha budidaya jamur dan kerajinan, serta Politeknik Akbara.

Selain itu, lima model penggalangan dana yang dilakukan meliputi kotak Dompet Kemanusiaan, crowdfunding digital, program Day of Sharing for Humanity, acara amal, dan program donasi lintas negara. “Kunci keberhasilan kami adalah kepercayaan publik,” tegas Sri Partini. Pihaknya selalu transparan dalam laporan keuangan, menjaga kualitas layanan, dan memastikan setiap rupiah yang kami terima kembali untuk masyarakat, dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat.

Selain memaparkan model kemandirian, PMI juga ikut serta dalam Marketplace Asia Pacific Fundraising Award yang diikuti oleh sejumlah negara seperti China, Thailand, Singapura, Korea, Hong Kong, dan Jepang. Dalam kegiatan tersebut, PMI Kota Surakarta menampilkan produk unggulan hasil Income Generating Activities (IGA) seperti makanan dari budidaya jamur, mug, kaos, serta kerajinan tangan buatan penghuni Griya PMI.

Produk-produk tersebut mendapatkan perhatian luas dan berhasil meraih 12 suara dukungan dari peserta internasional. “Kami tidak hanya menjual produk, tapi juga menyampaikan pesan kemanusiaan di baliknya bahwa setiap hasil karya ini mendukung kehidupan mereka yang membutuhkan,” ujar Sri Partini di sela kegiatan marketplace.

Melalui partisipasi di forum APFS ini, PMI menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan dapat terus tumbuh melalui inovasi, profesionalisme, dan kemandirian finansial. “PMI berkomitmen menjadi organisasi kemanusiaan yang tangguh, modern, dan berdaya saing global. Kemandirian adalah kunci agar kita bisa terus hadir dan membantu tanpa batas,” tutup Hery Firmansyah. Atep Maulana

× Image