Belajar dari Tragedi Ponpes Roboh, PMI Kota Sukabumi Tanamkan Budaya Siaga Bencana di Pesantren

SUKABUMI--Insiden tragis robohnya bangunan pesantren di Sidoarjo yang menelan ratusan korban jiwa serta menyebabkan ratusan lainnya luka-luka dengan tingkat keparahan berbeda menjadi peringatan keras bagi semua pihak. Terutama tentang pentingnya keselamatan bangunan dan kesiapsiagaan bencana, khususnya di lingkungan pendidikan seperti pesantren.
Menanggapi hal itu, Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Sukabumi memperkuat kegiatan edukasi kebencanaan dan simulasi kesiapsiagaan di sejumlah pesantren. Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan kesadaran dan meningkatkan kemampuan para santri serta pengelola pesantren dalam menghadapi potensi bencana, terutama gempa bumi dan risiko bangunan tidak aman.
'' Pesantren merupakan lingkungan dengan aktivitas padat yang berisiko tinggi apabila terjadi bencana,'' ujar Ketua Bidang Penanggulangan Bencana PMI Kota Sukabumi, Imran Whardhani, Sabtu (11/10/2025). Karena itu, penting bagi lembaga pendidikan berbasis asrama untuk memiliki sistem mitigasi dan keselamatan yang mandiri.
Dalam kegiatan ini terang Imran, para santri dilatih untuk melakukan evakuasi mandiri, pertolongan pertama dasar, serta penilaian mandiri terhadap kondisi bangunan pesantren dan kajian risiko di lingkungan mereka sendiri.
"Kami tidak ingin kejadian seperti di Sidoarjo terulang lagi. Para santri kami latih untuk melakukan evakuasi mandiri, pertolongan pertama sederhana, hingga penilaian mandiri terhadap kondisi bangunan pesantren dan kajian risiko di lingkungan mereka sendiri,” tambahnya.
Pelatihan tersebut lanjut Imran, dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Santri diajak mengenali tanda-tanda bahaya di sekitar mereka mulai dari retakan pada dinding, posisi tiang bangunan, hingga kondisi atap dan ventilasi.
Mereka tutur Imran, kemudian membuat peta risiko sederhana yang menunjukkan jalur evakuasi dan area aman. Selain pelatihan kesiapsiagaan, PMI Kota Sukabumi juga memperkenalkan konsep perkuatan bangunan aman gempa (retrofitting) dengan melakukan inspeksi langsung ke bangunan secara mandiri.
“Kami ingin menumbuhkan budaya sadar risiko di lingkungan pendidikan,'' cetus Imran. Santri tidak hanya siap menghadapi bencana, tapi juga mampu menilai dan memperbaiki kondisi lingkungannya agar lebih aman.
Imran menegaskan, kegiatan seperti ini bukan sekadar pelatihan teknis. Tetapi juga cara menanamkan kesadaran bahwa mitigasi bencana dimulai dari diri sendiri.
Lewat tangan-tangan kecil para santri yang kini lebih peka terhadap bahaya, PMI Kota Sukabumi berharap lahir generasi yang tidak hanya berilmu dan berakhlak. Melainkan, juga tangguh dan peduli terhadap keselamatan sesama. Atep Maulana